Disusun Oleh : Zahara Safitri / 19513648 / 2PA05
Sejarah
Perkembangan Kesehatan Mental
Sejarah mencatat bahwa di zaman
dahulu manusia mengasumsikan bahwa seseorang yang mengalami ganguan mental atau
tidak sehat itu disebabkan oleh suatu tindakan dari mahluk halus atau gaib yang
merasuki dirinya dan pikirannya sehingga penderita tersebut harus di jauhi,
diasingkan dan dirantai di suatu goa-goa atau penjara penjara bawah tanah.
Namun karena semakin majunya perkembangan zaman dan manusia mulai beralih pada
pemikiran yang ilmiah maka mereka pun mulai menyimpulkan pendapat yang lebih
logis menganai penyakit mental.
Kesehatan menurut Freund (1991)
yaitu suatu kondisi yang dalam keadaan baik dari suatu organisme atau bagian
yang dicirikan oleh fungsi yang normal dan tidak adanya penyakit, juga sampai
pada kesimpulan mengenai kesehatan sebagai suatu keadaan tidak adanya penyakit
sebagai salah satu ciri kalau organisme disebut sehat. Mental hygiene disebut
juga ilmu kesehatan mental merupakan ilmu pengetahuan yang masih muda.
Kesehatan mental di cetuskan oleh
Adolf Meyer (psychiater) berdasarkan saran Beers (mantan
penderita sakit mental), membantu perkembangan gerakan usaha kesehatan mental.
Dialah yang mengemukakan istilah “Mental Hygiene”.
Zaman Prasejarah
Manusia
purba sering mengalami gangguan mental atau fisik, seperti infeksi, artritis,
dll.
Zaman peradaban awal
1. Phytagoras
(orang yang pertama memberi penjelasan alamiah terhadap penyakit mental)
2. Hypocrates
(Ia berpendapat penyakit atau gangguan otak adalah penyebab penyakit mental)
3. Plato
(gangguan mental sebagian gangguan moral, gangguan fisik dan sebagiaan lagi
dari dewa dewa)
Zaman Renaissesus
Pada
zaman ini di beberapa negara Eropa, para tokoh keagamaan, ilmu kedokteran dan
filsafat mulai menyangkal anggapan bahwa pasien sakit mental tenggelam dalam dunia
tahayul.
Zaman Pra Ilmiah
1. Animisme
Sejak zaman dulu gangguan
mental telah muncul dalam konsep primitif, yaitu kepercayaan terhadap faham
animisme bahwa dunia ini diawasi atau dikuasai oleh roh-roh atau dewa-dewa.
Orang Yunani kuno percaya bahwa orang mengalami gangguan mental, karena dewa
marah kepadanya dan membawa pergi jiwanya. Untuk menghindari kemarahannya, maka
mereka mengadakan perjamuan pesta (sesaji) dengan mantra dan kurban.
2. Naturalisme
Suatu aliran yang
berpendapat bahwa gangguan mental dan fisik itu akibat dari alam. Hipocrates
(460-367) menolak pengaruh roh, dewa, setan atau hantu sebagai penyebab sakit.
Dia mengatakan, Jika anda memotong batok kepala, maka anda akan menemukan otak
yang basah, dan mencium bau amis. Tapi anda tidak akan melihat roh, dewa, atau
hantu yang melukai badan anda. Seorang dokter Perancis, Philipe Pinel
(1745-1826) menggunakan filsafat politik dan sosial yang baru untuk memecahkan
problem penyakit mental. Dia terpilih menjadi kepala Rumah Sakit Bicetre di
Paris. Di rumah sakit ini, pasiennya dirantai, diikat ketembok dan tempat
tidur. Para pasien yang telah di rantai selama 20 tahun atau lebih, dan mereka
dianggap sangat berbahaya dibawa jalan-jalan di sekitar rumah sakit. Akhirnya,
diantara mereka banyak yang berhasil, mereka tidak lagi menunjukkan
kecenderungan untuk melukai atau merusak dirinya.
Zaman Modern
ü Pada
tahun 1783 di Amerika, terjadi perubahan luar biasa dalam sikap dan cara
pengobatan gangguan mental terjadi pada saat berkembangnya psikologi abnormal
dan psikiatri. Ketika itu Benyamin Rush (1745-1813) menjadi anggota staf medis
di rumah sakit Pensylvania. Di rumah sakit ini ada 24 pasien yang dianggap
sebagai lunatics (orang gila atau sakit ingatan). Pada waktu
itu sedikit sekali pengetahuan tentang penyebab dan cara menyembuhkan penyakit
tersebut. Akibatnya pasien-pasien dikurung dalam ruang tertutup, dan mereka
sekali-kali diguyur dengan air. Rush melakukan suatu usaha yang sangat berguna
untuk memahami orang-orang yang menderita gangguan mental tersebut melalui
penulisan artikel-artikel. Secara berkesinambungan, Rush mengadakan pengobatan
kepada pasien dengan memberikan dorongan (motivasi) untuk mau bekerja,
rekreasi, dan mencari kesenangan.
ü Pada
tahun 1909, gerakan mental
Hygiene secara formal mulai muncul. Perkembangan gerakan mental
hygiene ini tidak lepas dari jasa Clifford Whitting Beers (1876-1943) bahkan
karena jasanya itu ia dinobatkan sebagai The Founder of the Mental Hygiene Movement.
Dia terkenal karena pengalamannya yang luas dalam bidang pencegahan dan
pengobatan gangguan mental dengan cara yang sangat manusiawi.
ü Pada
tahun 1946, Presiden Amerika Serikat menandatangani undang-undang “The
National Mental Health Act” untuk memajukan kesehatan mental rakyat
Amerika, yang menyelenggarakan program mental hygiene antara lain:
a. WHO
: Organisasi ini memberi informasi dan penyuluhan mengenai kesehatan mental kepada
anggota UNO. Mengadakan pengawasan terhadap alkoholisme, pencegahan kriminal.
b. UNESCO
: Untuk menstimulir penukaran masalah informasi kebudayaan antar bangsa.
Didalamnya terdapat suatu departemen yang mengurusi masalah sosial.
c. WFMH
: Di dirikan pada tahun 1948. Antara the internasional committee for
mental hygiene dengan the
british association for mental health, merupakan kelompok non
govermental health agencies membantu kesehatan di dunia.
ü Pada
tahun 1950, organisasi mental hygiene terus bertambah, yaitu
dengan berdirinya National Association for Mental Health. Gerakan
mental hygiene ini terus berkembang.
ü Pada
tahun 1975 di Amerika terdapat lebih dari seribu perkumpulan kesehatan mental.
Di belahan dunia lainnya, gerakan ini dikembangkan melalui The World
Federation forMental Health dan The World Health Organization.
Konsep
Sehat Mental Berdasarkan Dimensi Emosi, Intelektual, Sosial, Fisik, dan
Spiritual
Konsep
sehat menurut Parkins (1938) adalah suatu keadaan seimbang yang dinamis antara
bentuk dan fungsi tubuh dan berbagai faktor yang berusaha mempengaruhinya. Dan menurut
White (1977), sehat adalah suatu keadaan di mana seseorang pada waktu diperiksa
tidak mempunyai keluhan ataupun tidak terdapat tanda-tanda suatu penyakit dan
kelainan.
WHO
pun mengembangkan defenisi tentang sehat. Pada sebuah publikasi WHO tahun 1957,
konsep sehat didefenisikan sebagai suatu keadaan dan kualitas dari organ tubuh
yang berfungsi secara wajar dengan segala faktor keturunan dan lingkungan yang
dimiliki. Sementara konsep WHO tahun 1974, menyebutkan Sehat adalah keadaan
sempurna dari fisik, mental, sosial, tidak hanya bebas dari penyakit atau
kelemahan. Sementara Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam musyawarah Nasional
Ulama tahun 1983 merumuskan kesehatan sebagai ketahanan “jasmaniah, ruhaniyah
dan sosial” yang dimiliki manusia sebagai karunia Allah yang wajib disyukuri
dengan mengamalkan tuntunannya, dan memelihara serta mengembangkannya.
Konsep
– konsep sehat mental dibagi menjadi ;
1. Dimensi
Emosi
Menurut
Goleman, emosional merupakan hasil campur dari rasa takut, gelisah, marah,
sedih dan senang. Orang yang sehat secara emosi dapat terlihat dari
kestabilan dan kemampuannya mengontrol dan mengekspresikan perasaan (marah,
sedih atau senang) secara tidak berlebihan. Mampu mendisiplikan diri.
2. Dimensi
Intelektual
Kesehatan
intelektual meliputi usaha untuk secara terus-menerus tumbuh dan belajar untuk
beradaptasi secara efektif dengan perubahan baru. Bagaimana seseorang berfikir,
wawasannya, pemahamannya, alasannya, logika dan pertimbangnnya. Dikatakan
sehat secara intelektual yaitu jika seseorang memiliki kecerdasan dalam
kategori yang baik mampu melihat realitas. Memilki nalar yang baik dalam
memecahkan masalah atau mengambil keputusan
3. Dimensi
Sosial
Kesehatan
sosial terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang lain atau
kelompok lain secara baik, tanpa membedakan ras, suku, agama atau kepercayan,
status sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya, serta saling toleran dan
menghargai. Sehat secara sosial dapat dikatakan mereka yang bisa berinteraksi
dan berhubungan baik dengan sekitarnya.mampu untuk bekerja sama.
4. Dimensi
Fisik
Dikatakan
sehat bila secara fisiologis (fisik) terlihat normal tidak cacat, tidak mudah
sakit, tidak kekurangan sesuatu apapun. Kesehatan fisik terwujud apabila
sesorang tidak merasa dan mengeluh sakit atau tidak adanya keluhan dan memang
secara objektif tidak tampak sakit. Semua organ tubuh berfungsi normal atau
tidak mengalami gangguan.
5. Dimensi
spiritual
Spiritual
merupakan kehidupan kerohanian. Dengan menyerahkan diri dengan bersujud dengan
kepercayaan agama masing-masing. Mereka yang memiliki suatu kondisi ketenangan
jiwa dengan id mereka. Secara rohani dianggap sehat karena pikirannya jernih
tidak melakukan atau bertindak hal-hal yang diluar batas kewajaran sehingga
bisa berpikir rasional. Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam
mengekspresikan rasa syukur, pujian, kepercayaan dan sebagainya terhadap
sesuatu di luar alam fana ini, yakni Tuhan Yang Maha Kuasa. Misalnya sehat spiritual dapat dilihat dari
praktik keagamaan seseorang. Dengan perkataan lain, sehat spiritual adalah
keadaan dimana seseorang menjalankan ibadah dan semua aturan-aturan agama yang
dianutnya.
Contoh
Kasus :
Ø Ketika ada seorang pelajar SMA yang akan menghadapi
Ujian Nasional, ia setiap hari belajar, sholat dan berdoa agar nilai ujiannya
bagus dan diberi ketenangan saat mengerjakan soal ujian. Maka dari itu dia
percaya bahwa semuanya butuh proses dan percaya serta yakin bahwa Tuhan Yang
Maha Kuasa selalu membantunya dalam setiap keadaan. Dia berpasrah diri kepada
Tuhan Yang Maha Kuasa.
Ø Pasien sadar bahwa dia perlu memperhatikan kesehatan
jantungnya setelah dia merasakan sakit
pada jantungnya, pada kondisi tersebut biasanya stadium penyakit telah parah. Jadi
kesadaran akan perlunya menjaga kesehatan jantung sudah terlambat, yang perlu
dilakukanmya sekarang adalah menjaga kesehatan jantungnya.
Ø Ketika ada seorang anak yang kecanduan bermain game,
dia setiap hari terus – terusan bermain game sehingga lupa dengan tugas
sekolahnya. Orang tuanya sudah mengingatkannya tetapi tidak dihiraukan.
Terlebih lagi dia cenderung tidak bersosialisasi dengan teman sebayanya. Dengan
kata lain pengaruh game pada anak – anak sangat berpengaruh terhadap
perkembangan otak, dan sosial anak – anak.
Referensi
:
Ø Sarwono,
Sarlito W. (2010). Pengantar psikologi umum. Jakarta:Rajawali Pers.
Ø Dra.
Siti Sundari HS. M.Pd, 2005. Kesehatan Mental. Jakarta: Rineka Cipta.
Ø Schultz,
Duane. 1991. Psikologi Pertumbuhan. Yogyakarta: Kanisius.