Senin, 26 Desember 2016

Tugas 3 : Sistem Informasi Psikologi

Bagan Model Sistem Informasi Psikologi (Secara Komputer) : Big Five Inventory (BIF)



keterangan dari bagan flowchart



Nama  : Zahara Safitri 
NPM  : 19513648
Kelas  : 4PA05

Senin, 07 November 2016

Tugas 2 : Sistem Informasi Psikologi

ELEMEN DAN KARAKTERISTIK SISTEM


Elemen Sistem
            Suatu sistem pada dasarnya adalah sekolompok bentuk atau unsur yang erat berhubungan satu dengan yang  lain, serta berfungsi bersama­sama demi mencapai tujuan tertentu. Secara  sederhana, suatu sistem dapat diartikan sebagai suatu kumpulan atau himpunan dari unsur, komponen, atau variabel yang terorganisir, saling berinteraksi, saling tergantung satu sama lain, dan terpadu.

            Menurut Togar (1994:11) elemen sistem merupakan bagian terkecil dari sistem yang dapat diidentifikasi. Input dan output adalah kerangka yang bermanfaat untuk mengevaluasi operasi sistem (analisis proses) dan menentukan alternatif-alternatif untuk peningkatan performansi sistem (analisis hasil akhir). Lingkungan sistem adalah kumpulan obyek dimana perubahannya akan mempengaruhisistem dalam batas – batas tertentu (Widiastusti, 2014).

            Menurut Raymond McLeod Jr. dalam bukunya "Management Information Systems" mengatakan bahwa tidak semua sistem memiliki kombinasi elemen-elemen yang sama, tetapi ia merupakan suatu susunan dasar sebagaimana yang diperlihatkan dalam gambar berikut ini :




            Sumber daya input diubah menjadi sumber daya output. Sumber daya mengalir dari elemen input melalui elemen transformasi ke elemen output. Suatu mekanisme pengendalian memantau proses transformasi untuk meyakinkan bahwa sistem tersebut memenuhi tujuannya. Mekanisme pengendalian ini dihubungkan pada arus sumber daya dengan memakai suatu lingkaran umpan balik (feedback loop) yang mendapatkan informasi dari output sistem dan menyediakan informasi bagi mekanisme pengendalian. Mekanisme pengendalian membandingkan sinyal-sinyal umpan balik dengan tujuan dan mengarahkan sinyal pada elemen input jika sistem operasi memang perlu diubah. Beberapa elemen atau unsur yang membentuk sebuat sistem, antara lain 
1. Tujuan (goal).
Setiap sistem memiliki tujuan. Tujuan bisa lebih dari satu. Tujuan inilah yang menjadi daya dorong atau motivasi yang mengarahkan ke arah mana sistem bergerak. Tujuan antara satu sistem dengan sistem yang lain berbeda termasuk berlaku juga dalam sistem informasi. Secara khusus, tujuan sistem informasi bergantung pada kegiatan yang ditangani. Namun, kecenderungan pengguna sistem informasi lebih ditunjukan pada usaha menuju eunggulan kompetitif, yaitu mampu bersaing dan mengungguli pesaing.

2. Masukan (input).
Merupakan segala sesuatu yang masuk kedalam sistem dan selanjutnya menjadi bahan untuk di proses. Menurut Azhar Susanto (dalam Djahir & Dewi, 2014) input merupakan segala sesuatu yang masuk kedalam suatu sistem. Input dapat berupa energi, manusia, data, modal, bahan baku, layanan dan lainnya. Input merupakan pemicu bagi sistem untuk melakukan proses yang diperlukan. Masukan dapat berupa hal-hal yang berwujud (tampak secara fisik) maupun yang tidak tampak. Contoh masukan yang berwujud adalah bahan mentah, sedangkan contoh yang tidak berwujud adalah informasi (misalnya permintaan jasa pelanggan).

3. Proses.
Merupakan bagian yang melakukan perubahan atau transformasi dari masukan menjadi keluaran yang berguna. Menurut Azhar Susanto (dalam Djahir & Dewi, 2014) proses merupakan perubahan dari input menjadi output. Proses bisa dilakukan oleh mesin atau orang, ataupun computer

4. Keluaran (output).
Merupakan hasil dari pemrosesan yang bisa berupa suatu informasi, saran, cetakan laporan dan lain-lain. Menurut Azhar Susanto (dalam Djahir & Dewi, 2014) output merupakan hasil dari suatu proses yang merupakan tujuan dari keberadaan sistem. Pada sistem informasi, keluaran bisa berupa suatu informasi, saran, cetakan laporan, dan sebagainya.

Karakteristik Sistem
            Suatu sistem memiliki karakter atau sifat-sifat tertentu yang mencirikan suatu sistem. Karakteristik juga menggambarkan sistem secara logis. Menurut Fatta (2007) untuk memahami atau mengembangkan suatu sistem, maka perlu membedakan unsur-unsur dari sistem yang membentuknya. Adapun karakteristik-karakteristik sistem tersebut sebagai berikut :
1. Komponen-komponen Sistem (components system).
Kegiatan atau proses dalam suatu sistem yang mentransformasikan input menjadi bentuk setengah jadi (output). Komponen-komponen sistem dapat berupa suatu subsistem atau bagian – bagian dari sistem. Di mana setiap sistem memiliki sifat – sifat dari sistem dan menjalankan fungsi tertentu dari sistem. Subsistem yang menjalankan fungsi tertentu tersebut dapat mempengaruhi proses sistem secara keseluruhan.

2. Lingkungan luar Sistem  (environment system).
Lingkungan luar dari suatu sistem adalah apapun yang berada diluar batas dari sistem yang mempengaruhi operasi sistem. Lingkungan luar sistem dapat berupa sesuatu yang menguntungkan dan merugikan.

3. Batasan Sistem (boundary).
Batasan sistem merupakan daerah yang dibatasi antara suatu sistem dengan sistem yang lainnya atau dibatasi dengan lingkungan luarnya. Penggambaran dari suatu elemen atau unsur mana yang termasuk di dalam sistem dan mana yang di luar sistem. Batasan sistem ini memungkinkan suatu sistem dipandang sebagai satu kesatuan. Batasan sistem menunjukan ruang lingkup dari sistem tersebut.

4. Penghubung Sistem (iterface system).
Penghubung atau jalinan sistem merupakan media penghubung antara satu subsistem satu dengan subsistem lainnya. Tempat di mana komponen atau sistem dan lingkungannya bertemu atau berinteraksi. Kegunaan dari penghubung sistem adalah :
a.  Memungkinkan sumber-sumber daya dapat mengalir dari subsistem yang satu ke subsistem yang lainnya.
b. Keluaran dari subsistem menjadi masukan untuk subsistem yang lainnya melalui media penghubung.
c. Satu subsistem dapat berintegrasi dengan subsistem yang lainnya membentuk satu kesatuan.

 5. Masukan Sistem (input system).
Masukan merupakan energi yang dimasukan kedalam sistem. Sumber daya (data, bahan baku, peralatan, energi) dari lingkungan yang dikonsumsi dan dimanipulasi oleh suatu sistem. Masukan dapat berupa masukan perawatan (maintenance input) dan masukan signal (signal input), berikut penjelasannya :
a.       Masukan perawatan merupakan energi yang dimasukkan agar sistem tersebut beroperasi. Contoh: program komputer
b.      Masukan signal merupakan energi yang dimasukan agar didapatkan keluaran (output). Contoh: informasi

6.      Pengolahan Sistem (process system).
Suatu sistem dapat mempunyai suatu bagian pengolah yang akan mengubah masukan menjadi keluaran. Bagian pengolahan ini yang akan mengubah masukan menjadi keluaran. Sebagai contohnya adalah sistem produksi akan mengolah masukan berupa bahan baku dan barang – barang lainnya menjadi barang jadi.

7.      Keluaran Sistem (output system).
Keluaran adalah hasil dari energi yang diolah dan diklasifikasikan menjadi keluaran yang berguna dan berupa sisa pembuangan. Sumber daya atau produk (informasi, laporan, dokumen, dan tampilan) yang disediakan untuk lingkungan sistem oleh kegiatan dalam suatu sistem. Keluaran dapat menjadi masukan untuk subsistem yang lainnya atau kepada sistem.

8.      Sasaran dan Tujuan (objective and goal system).
Tujuan dan sasaran adalah merupakan sesuatu yang harus dimiliki sistem. Sasaran dari sistem menentukan sekali masuka yang dibutuhkan sistem dan keluaran yang dihasilkan sistem. Suatu sistem dikatakan berhasil jika mengenai sasaran atau tujuannya.

Model Sistem Informasi Psikologi (Secara Manual)
1.      Tujuan
Tujuan dari Tes DISC ini untuk memahami tipe-tipe perilaku dan gaya kepribadian. DISC merupakan salah satu tools atau alat yang cukup powerful untuk mengidentifikasi karakter kepribadian seseorang dalam waktu yang relatif singkat. Keahlian seseorang dalam membaca dinamika kepribadian yang tergambar pada grafik sisi kepribadian eksternal dan internal serta menjadi kunci akurasi analisanya. Termasuk di dalamnya mengenali kecenderungan seseorang dalam memanipulasi jawaban pada kuesioner yang diberikan. Menurut fungsinya alat tes ini cukup akurat dalam melihat kepribadian pada beberapa sisi. Itu sebabnya tes disc ini menjadi rujukan para HRD dalam rekrutmen karyawan.

2.      Input
Administrasi test DISC à lembar pengerjaan, pensil. Jumlah soal 24 kotak, masing-masing kota memiliki 4 pernyataan.
3.      Proses
Form DISC dibagi menjadi 2 tipe yaitu :
a.       Form tipe A à Berisikan 24 nomor soal yang dibagi dalam kotak-kotak dengan 4 kalimat pendek termuat dalam setiap kotaknya. Instruksinya à Mulailah dengan memilih “setting” yang akan Anda pilih sebagai respon Anda, misalnya pilih “rumah“, “pekerjaan”, “sosial”. Setiap kotak dibawah ini memuat 4 kalimat pendek. Baca dengan teliti setiap kalimat dalam kotak tersebut. Kemudian sesuai setting yang Anda pilih, lingkarilah. Disamping kalimat yang PALING tepat mencerminkan diri Anda dalam setting tersebut. Kemudian lingkarilah disamping kalimat yang KURANG menggambarkan diri anda dalam setting tersebut. Masing masing kotak, pilihlah satu respon yang PALING dan KURANG.
b.      Form tipe B
Instruksi à Setiap nomor ada 4 kata yang berbeda. Pilihlah satu kata yang paling menggambarkan diri Anda dengan memberikan tanda silang ( X ) di depan kata yang Anda pilih tersebut..
4.      Output
a.       Cara skoring Form A à Gunakan transparansi kunci jawaban yang telah disediakan.Jumlahkan tanda yang telah dilingkari pada respon P pada kolom dibaliknya yang bertuliskan MOST sesuai dengan masing-masing jawaban. Jumlahkan tanda yang telah dilingkari pada respon K pada kolom dibaliknya bertuliskan LEAST, sesuai dengan masing masing jawaban. Hitung selisihnya (kurangi jumlah MOST dan LEAST) tuliskan di kolom CHANGE lalu buat grafiknya. Arti grafik dalam DISC à Grafik 1 merefleksikan “MOST”, dikenal dengan grafik M. Biasanya kita berpikir lebih mudah tentang diri kita dalam “MOST”. Kita tidak mengatakan “Saya kurang suka memberi”, tetapi “Saya adalah orang yang sangat hati-hati dengan uang saya”. Jadi, gambaran yang terlihat dalam “MOST” memperlihatkan bagaimana kita menginginkan sebuah topeng untuk menjadi seseorang yang sukses. Grafik 2 adalah gambaran mengenai “LEAST” dan dikenal dengan grafik L. Ini mempresentasikan sejarah perilaku kita karena bila kita berbicara dalam “LEAST” ini, biasanya didasarkan pada pengalaman masa lalu. Contohnya: “Saya tahu saya bukan seseorang yang murah hati”. Hal ini disebut dengan reaksi krisis grafik yang dapat mendeskripsikan diri kita yang sebenarnya. Grafik 3 adalah perhitungan total “MOST“ dan pengurangan “LEAST”, Grafik ini adalah grafik yang paling penting diantaranya kira kira 70% dari informasi total tentang diri kita berasal dari profil ini. Grafik ini disebut dengan self image, dan paling penting karena didalamnya berisi kesadaran “MOST dan LEAST”.
b.      Skoring Form B à Jumlahkan tanda silang setiap kolom pada nomor 1 sampai dengan 20, di kolom bawah yang bertuliskan “STRENGHT”, dan nomor 21 sampai dengan 40 pada kolom di bawah yang bertuliskan “WEAKNESS”. Isikan di bawah kolom DISC kemudian jumlahkan dan pindahkan ke kolom “TOTAL”. Tandai skor yang paling tinggi (skor diatas 10).



DAFTAR REFERENSI
Al Fatta, H. (2007). Analisis dan perancangan sistem informasi untuk keunggulan bersaing           perusahaan dan organisasi modern. Yogyakarta : Andi Offset.
Djahir, Y & Dewi, P(2014). Sistem informasi manajamen. Yogyakarta: Deepublish
Hall, J.A (2007). Sistem informasi akutansi edisi 4. Jakarta: Salemba Empat
Husin, M. Pengertian sistem dan elemen sistem.        http://uchinmosquito.blogspot.co.id/2011/10/pengertian-sistem-dan-elemen-     sistem.html. Diakses pada tanggal 10 November 2016. Pukul 19.17 WIB.
Kato. (2015). Pelaksanaan tes DISC, administrasi, dan skoringg.             http://www.ilmupsikologi.com/2015/10/pelaksanaan-tes-disc-administrasi-tes-dan- skoring-hasil.html
Widiastuti, R (2014). Komponen elemen-elemen sistem. Halaman             1:http://raniwidiastuti.blogspot.co.id/2014/11/komponen-elemen-elemen-sistem.html.         Diakses pada tanggal 10 November 2016. Pukul 19. 25 WIB.
Zakiyudin, A. (2012). Elemen-elemen dan karakteristik sistem. http://ais-            zakiyudin.blogspot.co.id/2012/06/elemen-elemen-dan-karakteristik-sistem.html.     Diakses pada tanggal 10 November 2016. Pukul 20.00 WIB.

Nama   : Zahara Safitri
NPM   : 19513648

Kelas   : 4PA05

Kamis, 06 Oktober 2016

Tugas 1 : Sistem Informasi Psikologi

Pengertian Sistem, Informasi, dan Psikologi


Definisi Sistem
Menurut Anatol Raporot (dalam Raymond, 2008) sistem adalah suatu kumpulan kesatuan dan perangkat hubungan satu sama lain.
Menurut Azhar Susanto (dalam Ladjamudin, 2005) sistem adalah kumpulan atau group dari sub sistem atau bagian dan komponen apapun baik fisik ataupun non fisik yang saling berhubungan satu sama lain dan bekerja sama secara harmonis untuk mencapai satu tujuan tertentu.
Menurut Fat (dalam Hutahaean, 2015) sistem adalah suatu himpunan suatu “benda” nyata atau abstrak (a set of thing) yang terdiri dari bagian-bagian atau komponen-komponen yang saling berkaitan, berhubungan, ketergantungan, saling mendukung, yang secara keseluruhan bersatu dalam satu kesatuan (unity) untuk mencapai tujuan tertentu secara efisien dan efektif.
Menurut Murdick dan Ross (dalam Alfatta, 1993) mendefinisikan sistem sebagai seperangkat elemen yang digabungkan satu dengan lainnya untuk suatu tujuan bersama.
          Berdasarkan pengertian para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa sistem merupakan suatu kumpulan yang memiliki komponen-komponen yang saling berhubungan satu sama lain untuk mencapai suatu tujuan tertentu secara efektif.

                                                    Definisi Informasi
Menurut Anton M. Moeliono (dalam Gaol, 2008) informasi merupakan penerangan, keterangan, pemberitahuan tentang bahan nyata yang dapat dijadikan dasar kajian analisis atau kesimpulan.
Menurut George H. Bodnar, (2000) informasi adalah data yang diolah sehingga dapat dijadikan dasar untuk mengambil keputusan yang tepat.
Menurut Gordon B Davis (dalam Hutahaean, 2015) informasi adalah data yang telah diolah menjadi suatu bentuk yang penting bagi si penerima dan mempunyai nilai nyata atau yang dapat dirasakan dalam keputusan-keputusan yang sekarang atau keputusan-keputusan yang akan datang.
Menurut Jogiyanto (dalam Marimin, 2006) informasi dapat didefinisikan sebagai hasil dari pengolahan data dalam suatu bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi penerimanya yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian (event) yang nyata (fact) yang digunakan untuk pengambilan keputusan.
               Berdasarkan pengertian para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa informasi merupakan data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti serta bermanfaat bagi penerimanya untuk suatu pengambilan keputusan.

                                                             Definisi Psikologi
Menurut Crow & Crow (dalam Basuki, 2008) (pschycology is the study of human behavior and human relationship) Psikologi ialah tingkah laku manusia, yakni interaksi manusia dengan dunia sekitarnya, baik berupa manusia lain (human relationship) maupun bukan manusia seperti hewan, iklim, kebudayaan, dan sebagainya.
Menurut Wundt (dalam Basuki, 2008) psikologi merupakan ilmu tentang kesadaran manusia (the science of human consciousness), dalam psikologi keadaan jiwa direfleksikan dalam kesadaran manusia.
Menurut menurut Plotnik (dalam Basuki, 2008) psikologi merupakan studi yang sistematik dan ilmiah tentang perilaku dan proses mental.
Menurut Wade dan Tavris (2008) psikologi merupakan suatu displin ilmu yang mempelajari perilaku dan proses mental serta bagaimana kedua hal tersebut dapat mempengaruhi keadaan fisik, keadaan mental, dan lingkungan eksternal dari suatu organisme.
            Berdasarkan pengertian para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa  psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang perilaku terbuka dan tertutup manusia baik secara individu maupun kelompok.

                                                           Sistem Informasi Psikologi
Sistem informasi psikologi adalah suatu sistem yang menyediakan informasi-informasi yang berkaitan dengan ilmu psikologi yang dapat dijadikan untuk meningkatkan penguna dalam pengambilan suatu keputusan terhadap penelitian, perencana, dan pengelolaan.

                                                                     Contoh Kasus
Kasus 1 :
Contoh dari sistem informasi psikologi yang berbasis komputer adalah situs www.quickiqtest.net/indonesian. Pada situs ini, terdapat penyajian tes IQ online. Psikologi sendiri berbicara tentang manusia. jika digabungkan, sistem informasi psikologi mencangkup : Hardware, Software, People, Procedurs , Data dan manusia. Hardware dan software sebagai mesin sedangkan prosedur dan manusia sebagai pelaku, Dan data berfungsi sebagai jembatan dari keduanya. Sistem informasi bisa dimanfaatkan oleh pelaku psikologi untuk membantu mereka saat penghitungan skor dalam beberapa tes psikologi.
Kasus 2 :
Seseorang pernah mengikuti beberapa test psikologi sederhana melalui sebuah sosial media secara online, dimana disana kita diminta untuk mengisi beberapa soal dengan pilihan ganda sebagai jawabannya. Setelah di ikuti lebih lanjut, dapat diketahui soal-soal tersebut merupakan salah satu dari test proyektif yaitu HTP (house tree person) yang disederhanakan dan dibuat lebih mudah dipahami. Dengan mengisi pilihan ganda yang tersedia dan menjadikan jawaban paling dominan sebagai tolak ukur hasil test, keluarlah hasil test tersebut setelah selesai mengerjakan semua soal yang ada.  Dari kasus tersebut, menurut saya hal tersebut merupakan penggunaan suatu sistem informasi dalam hal psikologi. Dimana pengertian sistem informasi sendiri adalah kombinasi dari teknologi informasi dan aktivitas orang yang menggunakan teknologi itu untuk mendukung operasi dan manajemen dengan sistem terbuka yang menghasilkan informasi dengan menggunakan siklus  Input---Proses---Output. Dan test psikologi secara online ini merupakan suatu kemajuan di bidang psikologi yang memudahkan seseorang untuk melakukan tes tanpa bertatap muka dengan terapis atau psikolog yang dituju.

DAFTAR REFERENSI :
Al Fatta, H. (2007). Analisis dan perancangan sistem informasi untuk keunggulan bersaing perusahaan dan organisasi modern. Yogyakarta: Andi Offset.
Basuki, Heru. (2008). Seri diklat kuliah, psikologi umum. Jakarta: Universitas Gunadarma.
Gaol, C.J.L (2008). Sistem informasi manajemen pemahaman dan aplikasi. Jakarta: Grasindo
George H. Bodnar. (2000). Sistem informasi akuntansi, Buku Satu. Jakarta: Salemba Empat.
http://galuhputri94.blogspot.co.id/2015/01/sistem-informasi-psikologi-tugas-1.html. Diakses pada 06 Oktober 2016, pukul 16.25 WIB.
Hutahaean, Jeperson. (2015). Konsep sistem informasi. Yogyakarta: Budi Utama.
Ladjamudin, Bin Al-Bahra. (2005). Analisis dan desain sistem informasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Marimin. Tanjung, H. Prabowo, H. (2006). Sistem informasi manajemen sumber daya manusia. Jakarta: Grasindo
Raymond McLeod J.R dan George P Shcell. (2008). Sistem informasi manajemen. Edisi 10. Jakarta: Salemba Empat.


Nama   : Zahara Safitri
NPM   : 19513648
Kelas   : 4PA05

Kamis, 30 Juni 2016

Psikoterapi : Terapi Kelompok

TERAPI KELOMPOK

Sejarah Terapi Keluarga
  • Pada awal 1900, Joseph Pratt melakukan kunjungan ke rumah-rumah dan mengadakan pertemuan antar penderita TBC
  • Tahun 1910, Jacob Moreno yang merupakan seorang psikiater dari Rusia menggunakan teknik teater (seperti role playing) untuk membantu mengembangkan interaksi dan spontanitas pasien dengan membawa masalahnya pada setting kelompok
  • Tahun 1925, Moreno pindah ke USA dan memperkenalkan teknik "psikodrama"
  • Tahun 1930, Moreno menggunakan istilah "terapi kelompok"
  • Tahun 1931, Institut Tavistock di London (dengan dasar teori analisis Melanie Klein) mengembangkan proses kelompok dalam membantu pasien memecahkan masalah
  • Tahun 1931, Samuel Slavson yang merupakan seorang engineer melakukan terapi aktivitas kelompok dan mendorong anggotanya dalam berinteraksi menyelesaikan konflik, impuls, dan pola perilaku
  •  Tahun 1943, Slavson menggorganisasikan Asosiasi Terapi Kelompok Amerika
  • Tahun 1964, Slavson menerapkan teknik terapi kelompok dengan pendidikan progresif dan psikoanalisis untuk membantu anak-anak dan remaja yang mengalami gangguan

Perkembangan Terapi Kelompok Pasca Perang
            Pada tahun 1960, Kurt Lewin membentuk T-Group (Basic Skill Training Group) dengan tujuan awal untuk melatih pimpinan komunitas untuk memfasilitasi pemahaman dan kepatuhan dengan mengadopsi Fair Employment Practice Act. Berdasarkan formulasi T-Group, Leland Bradford, Kenneth Benne, dan Roland Lippit mendirikan National Training Laboratories (NTL) pada tahun 1950. Kemudian, ada perubahan tujuan T-Group, yaitu:
1.      Menciptakan kesadaran diri melalui pemahaman tentang perilaku interpersonalnya
2.      Merupakan 'terapi normal' yang menekankan pada usaha memperbaiki keterampilan sosial manusia.

            Pada tahun 1960, muncul Encounter Group yang merupakan hasil merger konsep serta prosedur dari terapi kelompok tradisional dan T-Group, dengan tujuan untuk mendorong perkembangan individu dan ekspresi diri serta pertumbuhan individu dan 'sensitivity training'.
Teknik yang diterapkan adalah :
1. Menekankan pada here dan now
2. Konsep feedback dalam komunikasi interpersonal
3. Meningkatkan keterbukaan diri oleh pimpinan kelompok
4. Teknik verbal dan nonverbal
5. Pertemuan dengan waktu yang terbatas

Konsep Terapi Kelompok
Terapi Kelompok à Suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh seorang terapis atau petugas kesehatan jiwa yang telah terlatih.
Terapi kelompok à terapi psikologi yang dilakukan secara kelompok untuk memberikan stimulasi bagi klien dengan gangguan interpersonal.

Proses Pelaksanaan Terapi Kelompok
  1. Tahap Intake à Terjadi kontrak (persetujuan/komitmen) antara petugas kesehatan dengan klien untuk melakukan kegiatan perubahan tingkah laku melalui kelompok. Selain itu adanya kesadaran baik yang dihasilkan dari pengungkapan masalah oleh klien sendiri atau berdasarkan penelaahan situasi oleh petugas kesehatan.
  2. Tahap Asesmen dan Perencanaaan Intervensi à Pemimpin kelompok bersama anggota kelompok mengidentifikasi permasalahan, tujuan kelompok serta merancang rencana tindakan pemecahan masalah.
  3. Tahap Penyeleksian Anggota à Penyeleksian anggota harus dilakukan terhadap orang-orang yang paling mungkin mendapatkan manfaat dari struktur kelompok dan keterlibatannya dalam kelompok.
  4. Tahap Pengembangan Kelompok à Petugas kesehatan  harus memainkan peranan yang aktif dalam mendorong kelompok untuk mencapai tujuan atau harapannya.
  5. Tahap Evaluasi dan Terminasi à Evaluasi tidak selalu dilakukan pada tahap akhir suatu kegiatan.Pada tahap evaluasi terjadi pengidentifikasian atau pengukuran terhadap proses dan hasil kegiatan kelompok secara menyeluruh.Berdasarkan hasil evaluasi maka tahap terminasi dapat dilakukan.

Jenis dan Tujuan Terapi Kelompok
Menurut Rawlins, Wiliams dan Beck (1993) ada tiga jenis dan tujuan terapi kelompok, yaitu:
  1. Kelompok Terapeutik. Bertujuan mencegah masalah kesehatan, mendidik, mengembangkan potensi, meningkatkan kualitas kelompok dengan angota saling bantu dalam menyelesaikan masalah.
  2. Terapi Kelompok. Membuat sadar diri, meningkatkan hubungan interpersonal dan membuat perubahan.
  3. Terapi Aktivitas Kelompok. Aktivitas dapat berupa latihan sosialisasi dalam kelompok yang dilakukan secara bertahap. Selain itu, dapat juga berupa melakukan hal yang menjadi hobinya seperti menyanyi, saat melakukan hobi, terapis mengobservasi reaksi pasien berupa ekspresi perasaan secara nonverbal.

Peran Terapis
  • Terapis membantu, mendorong pasien secara aktif agar mencapai tujuan-tujuan dari terapi kelompok

Teknik-teknik Terapi Kelompok
Berikut sejumlah teknik yang dapat digunakan ketika melaksanakan terapi kelompok :
  • Teknik yang melibatkan para anggota
  • Teknik yang melibatkan pemimpin
  • Menggunakan babak-babak terapeutik
  • Teknik sesekali membantu lebih dari satu anggota
  •  Teknik untuk bekerja dengan Individu secara tidak langsung
  •  Teknik yang menyebabkan para anggota berbagi pada tingkat lebih pribadi

Bentuk-bentuk Terapi Kelompok
            Terapi kelompok terdiri atas beberapa bentuk, sebagian besar berasal dari jenis-jenis terapi individual yaitu :
  1. Kelompok eksplorasi interpersonal à Tujuannya adalah mengembangkan kesadaran diri tentang gaya hubungan interpersonal melalui umpan balik korektif dari anggota kelompok yang lain. Pasien diterima dan didukung oleh kerena itu, utuk meningkatkan harga diri, tipe ini yang paling umum dilakukan.
  2. Kelompok Bimbingan-Inspirasi à Kelompok yang sangat terstruktur, kosesif, mendukung, yang meminimalkan pentingnya dan memaksimalkan nilai diskusi didalam kelompok dan persahabatan. Kelompoknya mungkin saja besar, anggota kelompok dipilih sering kali kerena mereka”mempunyai problem yang sama”.
  3. Terapi Berorientasi Psikoanalitik à Suatu tehnik kelompok dengan struktur yang longgar, terapis melakukan interprestasi tentang konflik yang  disadari  pasien dan memprosesnya dari obserpasi interaksi antar anggota kelompok. Sebagian besar terapi kelompok yang sukses tampaknya bergantung lebih pada pengalaman, sensitivitas, kehangatan, dan kharisma pemimpin kelompok dari pada orientasi teori yang dianut (tomg, 2004)

            Berbagai masalah dalam kelompok untuk mengembangkan kepercayaan diri, sensitifitas, dan keterampilan sosial. Terdapat penekanan pada hubungan timbal balik antar anggota kelompok yang difasilitasi oleh ahli terapi. Terapi kelompok dapat berlangsung terus menerus atau terbatas waktu (Hibbert, 2009:157).

Karakteristik Terapi Kelompok
  • Pada umumnya terdiri dari 5-10 orang yang bertemu dengan terapis
  •  Panjang sesi adalah 90-120 menit
  • Setting ruangan melingkar agar terapis dan anggota dapat saling melihat
  • Anggota kelompok heterogen (pekerjaan, tingkat pendidikan, rentang usia, dll)
  • Jenis gangguan terkadang sama atau berbeda (sesuai kebutuhan)

Keuntungan Terapi Kelompok
1.      Instilling hope (membangkitkan harapan)
Ø  Membangkitkan dan memelihara harapan akan mendorong klien untuk tetap bertahan dan mau berusaha dalam mengikuti proses terapi.
Ø  Bertemu dengan anggota lain yang telah mengalami peningkatan/mampu mengatasi masalah dengan efektif akan membangkitkan harapan.
Ø  Terapis harus selalu menginformasikan peningkatan yang telah di capai (individu dan kelompoknya) dan harus yakin atau optimis terhadap anggota atau kelompoknya.
2.      Universality
Ø  Anggota merasa bahwa setiap orang juga mengalami masalah dan muncul perasaan bahwa mereka memiliki masalah atau kondisi yg sama (mereka tidak sendiri atau diterima anggota lain).
3.      Imparting information (memberi informasi)
Ø  Saat terapis memberikan informasi, saat terapis dan anggota mendiskusikan pengalaman mereka, adanya nasehat, saran dan bimbingan dari terpis maupun anggota lainnya.
Ø  Tiap klien belajar atau memperoleh informasi tentang permasalahannya, fungsi psikis, gambaran simptom, dinamika kelompok dan interpersonal proses psikoterapi
4.      Altruisme
Ø  Adanya proses belajar untuk saling menerima dan terutama saling memberi  atau membantu à saling memberikan dukungan, meyakinkan, memberi saran, sharing tentang masalah yang sama atau memberikan umpan balik
Ø  Hal ini sangat membatu karena setiap orang sebenarnya butuh untuk merasa dibutuhkan
5.      Corrective recapitulation of the primary family
Ø  Kelompok secara umum mirip keluarga dalam banyak aspek à banyak di pimpin tim terdiri dari 2 terapis (laki-laki dan perempuan)
Ø  Dalam kelompok sangat mungkin bagi setiap anggota untuk melalukan pengulangan perilaku
Ø  Diketahui konflik-konflik keluarga yang diulang, anggota juga diberikan koreksi

Daftar Referensi :
Yalom, I.D.(1975).The Theory and Practice of Group Psychotherapy. New York: Basic    Books.
https://www.academia.edu/8815830/PROPOSAL_TERAPI_AKTIVITAS_KELOMPOK
Rawlins, T.R.P., Williams, S.R., Beck, C.M. (1993). Mental Health Psychiatric      Nursing a Holistic Life Cycle Approach. St. Louis : Mosby Year Book.
Tomb, David A. (2003). Buku saku psikiatri. Jakarta: EGC.

Nama   : Zahara Safitri
NPM   : 19513648

Kelas   : 3PA05