Kamis, 30 Juni 2016

Psikoterapi : Terapi Kelompok

TERAPI KELOMPOK

Sejarah Terapi Keluarga
  • Pada awal 1900, Joseph Pratt melakukan kunjungan ke rumah-rumah dan mengadakan pertemuan antar penderita TBC
  • Tahun 1910, Jacob Moreno yang merupakan seorang psikiater dari Rusia menggunakan teknik teater (seperti role playing) untuk membantu mengembangkan interaksi dan spontanitas pasien dengan membawa masalahnya pada setting kelompok
  • Tahun 1925, Moreno pindah ke USA dan memperkenalkan teknik "psikodrama"
  • Tahun 1930, Moreno menggunakan istilah "terapi kelompok"
  • Tahun 1931, Institut Tavistock di London (dengan dasar teori analisis Melanie Klein) mengembangkan proses kelompok dalam membantu pasien memecahkan masalah
  • Tahun 1931, Samuel Slavson yang merupakan seorang engineer melakukan terapi aktivitas kelompok dan mendorong anggotanya dalam berinteraksi menyelesaikan konflik, impuls, dan pola perilaku
  •  Tahun 1943, Slavson menggorganisasikan Asosiasi Terapi Kelompok Amerika
  • Tahun 1964, Slavson menerapkan teknik terapi kelompok dengan pendidikan progresif dan psikoanalisis untuk membantu anak-anak dan remaja yang mengalami gangguan

Perkembangan Terapi Kelompok Pasca Perang
            Pada tahun 1960, Kurt Lewin membentuk T-Group (Basic Skill Training Group) dengan tujuan awal untuk melatih pimpinan komunitas untuk memfasilitasi pemahaman dan kepatuhan dengan mengadopsi Fair Employment Practice Act. Berdasarkan formulasi T-Group, Leland Bradford, Kenneth Benne, dan Roland Lippit mendirikan National Training Laboratories (NTL) pada tahun 1950. Kemudian, ada perubahan tujuan T-Group, yaitu:
1.      Menciptakan kesadaran diri melalui pemahaman tentang perilaku interpersonalnya
2.      Merupakan 'terapi normal' yang menekankan pada usaha memperbaiki keterampilan sosial manusia.

            Pada tahun 1960, muncul Encounter Group yang merupakan hasil merger konsep serta prosedur dari terapi kelompok tradisional dan T-Group, dengan tujuan untuk mendorong perkembangan individu dan ekspresi diri serta pertumbuhan individu dan 'sensitivity training'.
Teknik yang diterapkan adalah :
1. Menekankan pada here dan now
2. Konsep feedback dalam komunikasi interpersonal
3. Meningkatkan keterbukaan diri oleh pimpinan kelompok
4. Teknik verbal dan nonverbal
5. Pertemuan dengan waktu yang terbatas

Konsep Terapi Kelompok
Terapi Kelompok à Suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh seorang terapis atau petugas kesehatan jiwa yang telah terlatih.
Terapi kelompok à terapi psikologi yang dilakukan secara kelompok untuk memberikan stimulasi bagi klien dengan gangguan interpersonal.

Proses Pelaksanaan Terapi Kelompok
  1. Tahap Intake à Terjadi kontrak (persetujuan/komitmen) antara petugas kesehatan dengan klien untuk melakukan kegiatan perubahan tingkah laku melalui kelompok. Selain itu adanya kesadaran baik yang dihasilkan dari pengungkapan masalah oleh klien sendiri atau berdasarkan penelaahan situasi oleh petugas kesehatan.
  2. Tahap Asesmen dan Perencanaaan Intervensi à Pemimpin kelompok bersama anggota kelompok mengidentifikasi permasalahan, tujuan kelompok serta merancang rencana tindakan pemecahan masalah.
  3. Tahap Penyeleksian Anggota à Penyeleksian anggota harus dilakukan terhadap orang-orang yang paling mungkin mendapatkan manfaat dari struktur kelompok dan keterlibatannya dalam kelompok.
  4. Tahap Pengembangan Kelompok à Petugas kesehatan  harus memainkan peranan yang aktif dalam mendorong kelompok untuk mencapai tujuan atau harapannya.
  5. Tahap Evaluasi dan Terminasi à Evaluasi tidak selalu dilakukan pada tahap akhir suatu kegiatan.Pada tahap evaluasi terjadi pengidentifikasian atau pengukuran terhadap proses dan hasil kegiatan kelompok secara menyeluruh.Berdasarkan hasil evaluasi maka tahap terminasi dapat dilakukan.

Jenis dan Tujuan Terapi Kelompok
Menurut Rawlins, Wiliams dan Beck (1993) ada tiga jenis dan tujuan terapi kelompok, yaitu:
  1. Kelompok Terapeutik. Bertujuan mencegah masalah kesehatan, mendidik, mengembangkan potensi, meningkatkan kualitas kelompok dengan angota saling bantu dalam menyelesaikan masalah.
  2. Terapi Kelompok. Membuat sadar diri, meningkatkan hubungan interpersonal dan membuat perubahan.
  3. Terapi Aktivitas Kelompok. Aktivitas dapat berupa latihan sosialisasi dalam kelompok yang dilakukan secara bertahap. Selain itu, dapat juga berupa melakukan hal yang menjadi hobinya seperti menyanyi, saat melakukan hobi, terapis mengobservasi reaksi pasien berupa ekspresi perasaan secara nonverbal.

Peran Terapis
  • Terapis membantu, mendorong pasien secara aktif agar mencapai tujuan-tujuan dari terapi kelompok

Teknik-teknik Terapi Kelompok
Berikut sejumlah teknik yang dapat digunakan ketika melaksanakan terapi kelompok :
  • Teknik yang melibatkan para anggota
  • Teknik yang melibatkan pemimpin
  • Menggunakan babak-babak terapeutik
  • Teknik sesekali membantu lebih dari satu anggota
  •  Teknik untuk bekerja dengan Individu secara tidak langsung
  •  Teknik yang menyebabkan para anggota berbagi pada tingkat lebih pribadi

Bentuk-bentuk Terapi Kelompok
            Terapi kelompok terdiri atas beberapa bentuk, sebagian besar berasal dari jenis-jenis terapi individual yaitu :
  1. Kelompok eksplorasi interpersonal à Tujuannya adalah mengembangkan kesadaran diri tentang gaya hubungan interpersonal melalui umpan balik korektif dari anggota kelompok yang lain. Pasien diterima dan didukung oleh kerena itu, utuk meningkatkan harga diri, tipe ini yang paling umum dilakukan.
  2. Kelompok Bimbingan-Inspirasi à Kelompok yang sangat terstruktur, kosesif, mendukung, yang meminimalkan pentingnya dan memaksimalkan nilai diskusi didalam kelompok dan persahabatan. Kelompoknya mungkin saja besar, anggota kelompok dipilih sering kali kerena mereka”mempunyai problem yang sama”.
  3. Terapi Berorientasi Psikoanalitik à Suatu tehnik kelompok dengan struktur yang longgar, terapis melakukan interprestasi tentang konflik yang  disadari  pasien dan memprosesnya dari obserpasi interaksi antar anggota kelompok. Sebagian besar terapi kelompok yang sukses tampaknya bergantung lebih pada pengalaman, sensitivitas, kehangatan, dan kharisma pemimpin kelompok dari pada orientasi teori yang dianut (tomg, 2004)

            Berbagai masalah dalam kelompok untuk mengembangkan kepercayaan diri, sensitifitas, dan keterampilan sosial. Terdapat penekanan pada hubungan timbal balik antar anggota kelompok yang difasilitasi oleh ahli terapi. Terapi kelompok dapat berlangsung terus menerus atau terbatas waktu (Hibbert, 2009:157).

Karakteristik Terapi Kelompok
  • Pada umumnya terdiri dari 5-10 orang yang bertemu dengan terapis
  •  Panjang sesi adalah 90-120 menit
  • Setting ruangan melingkar agar terapis dan anggota dapat saling melihat
  • Anggota kelompok heterogen (pekerjaan, tingkat pendidikan, rentang usia, dll)
  • Jenis gangguan terkadang sama atau berbeda (sesuai kebutuhan)

Keuntungan Terapi Kelompok
1.      Instilling hope (membangkitkan harapan)
Ø  Membangkitkan dan memelihara harapan akan mendorong klien untuk tetap bertahan dan mau berusaha dalam mengikuti proses terapi.
Ø  Bertemu dengan anggota lain yang telah mengalami peningkatan/mampu mengatasi masalah dengan efektif akan membangkitkan harapan.
Ø  Terapis harus selalu menginformasikan peningkatan yang telah di capai (individu dan kelompoknya) dan harus yakin atau optimis terhadap anggota atau kelompoknya.
2.      Universality
Ø  Anggota merasa bahwa setiap orang juga mengalami masalah dan muncul perasaan bahwa mereka memiliki masalah atau kondisi yg sama (mereka tidak sendiri atau diterima anggota lain).
3.      Imparting information (memberi informasi)
Ø  Saat terapis memberikan informasi, saat terapis dan anggota mendiskusikan pengalaman mereka, adanya nasehat, saran dan bimbingan dari terpis maupun anggota lainnya.
Ø  Tiap klien belajar atau memperoleh informasi tentang permasalahannya, fungsi psikis, gambaran simptom, dinamika kelompok dan interpersonal proses psikoterapi
4.      Altruisme
Ø  Adanya proses belajar untuk saling menerima dan terutama saling memberi  atau membantu à saling memberikan dukungan, meyakinkan, memberi saran, sharing tentang masalah yang sama atau memberikan umpan balik
Ø  Hal ini sangat membatu karena setiap orang sebenarnya butuh untuk merasa dibutuhkan
5.      Corrective recapitulation of the primary family
Ø  Kelompok secara umum mirip keluarga dalam banyak aspek à banyak di pimpin tim terdiri dari 2 terapis (laki-laki dan perempuan)
Ø  Dalam kelompok sangat mungkin bagi setiap anggota untuk melalukan pengulangan perilaku
Ø  Diketahui konflik-konflik keluarga yang diulang, anggota juga diberikan koreksi

Daftar Referensi :
Yalom, I.D.(1975).The Theory and Practice of Group Psychotherapy. New York: Basic    Books.
https://www.academia.edu/8815830/PROPOSAL_TERAPI_AKTIVITAS_KELOMPOK
Rawlins, T.R.P., Williams, S.R., Beck, C.M. (1993). Mental Health Psychiatric      Nursing a Holistic Life Cycle Approach. St. Louis : Mosby Year Book.
Tomb, David A. (2003). Buku saku psikiatri. Jakarta: EGC.

Nama   : Zahara Safitri
NPM   : 19513648

Kelas   : 3PA05

Selasa, 21 Juni 2016

Psikoterapi : Terapi Keluarga

TERAPI KELUARGA
(Family Therapy)

  • Sejarah Terapi Keluarga


            Penelitian mengenai terapi keluarga dimulai pada tahun 1950-an oleh seorang Antropologis bernama Gregory Bateson yang meneliti tentang pola komunikasi pada keluarga pasien skizofrenia di Palo Alto, California. Penelitian ini menghasilkan 2 konsep mengenai terapi dan patologi keluarga, yaitu :
a.       The double bind (ikatan ganda) à Dalam terapi keluarga, munculnya gangguan terjadi saat salah satu anggota membaik tetapi anggota keluarga lain menghalang-halangi agar keadaan tetap stabil.
b.      Family homeostasis (kestabikan keluarga) à Bagaimana keluarga menjaga kestabilannya ketika terancam.
            Oleh karena itu, untuk meningkatkan fungsi anggota keluarga maka sistem dalam keluarga musti dipengaruhi dengan melibatkan seluruh anggota keluarga bukan individual/perorangan.
            Adanya gangguan dalam pola komunikasi keluarga adalah inti dari double bind. Ini terjadi bila ‘korban’ menerima pesan yang berlawanan/bertentangan yang membuat sulit bertindak konsisten dan memuaskan. Anak diberitahukan bahwa ia harus asertif dan membela haknya namun diwaktu yang sama dia diharuskan menghormati orangtuanya, tidak menentang kehendaknya, dan tidak pernah menanyakan/menuntut kebutuhan mereka. Apa yang dikatakan berbeda dengan yang dilakukan. Keadaan ini selalu ditutupi dan disembunyikan, sehingga si ‘korban’ tidak pernah menemukan sumber dari kebingungannya. Jika komunikasi ini (double bind communication) terjadi berulang kali, akan mendorong perilaku skizoprenik.
            Kemudian timbul kontrovesi mengenai teori double bind ini, khususnya dengan faktor gentik dan sosiologi yang menyebabkan terjadinya skizofrenia. Hal ini kemudian melahirkan penelitian untuk pengembangan terapi keluarga.
            Teori keluarga memiliki pandangan bahwa keluarga adalah fokus unit utama. Keluarga inti secara tradisional dipandang sebagai sekelompok orang yang dihubungkan oleh ikatan darah dan ikatan hukum. Fungsi keluarga adalah sebagai tempat saling bertukar antara anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional setiap individu. Untuk menjaga struktur mereka, sistem keluarga memiliki aturan, prinsip-prinsip yang memungkinkan mereka untuk melakukan tugas-tugas hidup sehari-hari. Beberapa peraturan yang dinegosiasikan secara terbuka dan terang-terangan, sedangkan yang lain terucap dan rahasia. Keluarga sehat memiliki aturan yang konsisten, jelas, danditegakkan dari waktu ke waktu tetapi dapat disesuaikan dengan perubahan perkembangan kebutuhan keluarga. Setiap anggota keluarga memiliki peranan yang jelas terkait dengan posisi sosial mereka.

  • Definisi Terapi Keluarga


         Terapi keluarga à Suatu metode terapi dimana anggota keluarga memperoleh pemahaman terhadap permasalahannya, mengembangkan komunikasi, dan meningkatkan fungsi dari setiap individu dalam keluarga. Terapi keluarga juga menghadirkan suatu bentuk intervensi yang mana anggota keluarga dibantu untuk mengidentifikasi dan merubah masalah maladaptif, menjadi lebih sehat. Fokus dari terapi ini, bukan individual, namun pada keluarga secara keseluruhan.

  • Prinsip Terapi Keluarga 

  1. Konsep keluarga sebagai sistem perilaku dengan sifat yang unik dengan keseluruhan karakteristik individu dari semua anggota.
  2. Diasumsikan bahwa hubungan dekat tercipta karena cara keluarga  berfungsi sebagai kelompok dan adaptasi emosional dari anggotanya

  • Tujuan Terapi Keluarga


  1. Meningkatkan keterampilan interpersonal dan perilaku.
  2. Mengembangkan komunikasi secara terbuka.
  3. Meningkatkan fungsi keluarga secara optimal.
  4. Memfasilitasi perubahan positif dalam keluarga.

  • Indikasi Terapi Keluarga


  1. Masalah yang muncul seperti konflik perkawinan, konflik sibling, konflik antar generasi.
  2. Berbagai tipe kesulitan dan konflik muncul di antara individu dan anggota keluarga.
  3. Keluarga mengalami masa transisi, misalnya keluarga baru menikah, kelahiran anak pertama, remaja.
  4. Terapi individu yang perlu melibatkan anggota keluarga yang lain.
  5. Tidak ada perkembangan yang muncul dengan psikoterapi individu yang adekuat.
  6.  Individu dalam terapi tidak mampu menggunakan terapi individu untuk menyelesaikan masalah

  • Pendekatan Terapi Keluarga


         Banyak teori-teori yang digunakan dalam pendekatan terhadap terapi keluarga. Pendekatan atau kerangka kerja ini meliputi à Cognitive Behavioral, Family System, Experimental, Humanistic, Integrative, Brief Therapy, Systemic, Narratif, Psychodinamic, Psychoanalytical, Psychoeducational, Solution-Focused, Strategic, Structural, Transgenerational, Development, Gender, Organizational, Cultural, Functional, Conflict, dan Ecological.

  • Tahap-Tahap Terapi Keluarga


1.      Initial interview
Terapis membuat kontrak pertemuan dengan keluarga dan mengumpulkan data. Selama tahap ini terapis memfasilitasi proses penentuan masalah yang diidentifikasi oleh keluarga. Proses ini meliputi :
a. Engagement stage : pertemuan keluarga dan menjelaskan apa yang mereka inginkan.
b.  Assessment stage : identifikasi masalah yang menjadi perhatian keluarga.
c. Exploration stage : terapis dan keluarga mengeksplorasi masalah lain yang berkaitan dengan masalah utama
d. Goal-setting stage : terapis mensistesis semua informasi, dan anggota keluarga menetapkan apa yang ingin mereka ubah
e.  Termination stage : akhir fase initial review, menetapkan kontrak untuk pertemuan berikutnya dan siapa saja anggota keluarga yang harus hadir dalam pertemuan tersebut.
2.      Fase Kerja
Tujuan dari fase ini adalah untuk membantu keluarga menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan. Selama fase ini terapis mengidentifikasi kekuatan dan permasalahan keluarga. Kekuatan keluarga berguna dalam membantu keluarga untuk tetap stabil. Biasanya setiap sesi dilakukan 1xseminggu dengan waktu lebih kurang  1 jam. 12 kekuatan yang dimiliki oleh keluarga, yaitu :
1)   Kemampuan untuk memenuhi kebutuhan fisik, emosi, dan spiritual dari setiap anggota keluarga.
2)     Kemampuan untuk menjadi sensitif terhadap kebutuhan anggota keluarga
3)   Kemampuan untuk mengkomunikasikan perasaan, emosi, keyakinan, dan nilai-nilai yang efektif.
4) Kemampuan untuk memberikan dukungan, keamanan, dan dorongan untuk meningkatkan kreatifitas serta kemandirian.
5) Kemampuan untuk memulai dan mempertahankan pertumbuhan hubungan yang produktif dengan dan tanpa sistem keluarga.
6) Kapasitas untuk mempertahankan dan menciptakan komunitas hubungan yang konstruktif dan penuh tanggung jawab dengan tetangga, sekolah, kota dan pemerintahan lokal atau pusat.
7)      Kemampuan untuk tumbuh dengan dan melalui anak
8)    Kemampuan untuk membantu diri sendiri dan kemampuan untuk menerima bantuan yang sesuai
9)      Kemampuan untuk menampilkan peran keluarga yang fleksibel
10) Kemampuan untuk memperlihatkan rasa hormat yang menguntungkan untuk individual dan kemandirian bagi setiap anggota keluarga
11)  Kemampuan untuk menggunakan sebuah krisis sebagai makna untuk berubah
12)  Kemampuan untuk memiliki perhatian pada unit keluarga dan setia, serta untuk kerjasama antar anggota keluarga.
3.      Fase Terminasi
Kadang terminasi dapat terjadi sebelum waktunya. Hal ini biasanya terjadi jika keluarga merasa perubahan yang terjadi mengancam fungsi keluarga yang sudah ada. Pada keadaan ini terapis harus melakukan review masalah yang telah teridentifikasi dengan keluarga dan menegoisasikan kembali kontrak dan jumlah sesi-sesi keluarga. Jika keluarga sudah mencapai tujuan dan masalah sudah terselesaikan, maka terminasi harus dilakukan

  • Jenis-Jenis Terapi Keluarga


a.       Terapi Keluarga “Bowenian” atau Transgenerasional
                 Menurut pendekatan ini, keluarga dilihat sebagai sebuah unit yang saling tergantung secara emosional, dengan pola-pola perilaku yang terbentuk seiring perjalanan waktu dan sering kali diulangi kembali dari generasi ke generasi. Keluarga menciptakan iklim emosional dan pola perilaku yang akan diduplikat oleh anggota-anggotanya dalam hubungan-hubungan di luar setting keluarga.
                 Tujuan utama tipe intervensi ini adalah à (a) mengurangi tingkat kecemasan keluarga secara keseluruhan, sehingga memungkinkan anggota-anggotanya untuk berfungsi secara independen dan mengubah perilaku-perilaku bermasalahnya, (b) mengingkatkan tingkat diferensiasi dasar masing-masing anggota dari kebersamaan emosional keluarga, proses yang memungkinkan anggota-anggotanya untuk memberikan respons terhadap berbagai situasi emosional secara lebih efektif. Refleksi diri tentang keluarganya sendiri merupakan hal yang berguna bagi terapis keluarga.
                 Teknik-teknik yang digunakan dalam terapi tipe ini adalah :
a)  Klien berbicara dengan terapis, bukan dengan sesama anggota keluarga. Ini untuk  menjaga agar reaktivitas emosional tetap rendah.
b)  Genograms merupakan peta yang merepresentasikan paling tidak tiga generasi dalam keluarga.
c)      Detriangulating yaitu tetap bersikap objektif dan tidak memihak.
b.      Terapi Keluarga Komunikasi dan Satir
                 Ciri khas pendekatan ini adalah kenaikan self-esteem anggota keluarga sebagai sarana untuk mengubah sistem interpersonal keluarga. Pendekatan ini mengasumsikan keberadaan keterkaitan antara self-esteem dan komunikasi, di mana kualitas yang satu mempengaruhi kualitas yang lainnya.
                 Tujuan dari pendekatan ini adalah meningkatkan kematangan keluarga. Tugas terapis dalam terapi ini sebagai berikut à (a) Memfasilitasi penciptaan harapan dalam keluarga, (b) Memperkuat keterampilan coping pada anggota keluarga dan proses-proses coping dalam keluarga itu, (c) Memberdayakan setiap individu dalam keluarga itu agar dapat menentukan pilihan dan bertanggung jawab terhadap pilihan yang diambilnya, (d)Memperbaiki kesehatan masing-masing anggota keluarga dan kesehatan dalam sistem keluarga itu.
                 Teknik-teknik yang digunakan dalam pendekatan ini adalah :
a)      Kronologi fakta kehidupan keluarga, riwayat keluarga holistik.
b)     Metaphor, yaitu diskusi tentang sebuah ide dengan menggunakan analogi.
c)   Drama. Para anggota keluarga memainkan adegan-adegan yang diambil dari kehidupan mereka.
c.       Terapi Keluarga Eksperiensial
                 Pendekatan ini menekankan pada pentingnya mengalami dan mengekspresikan emosi here-and-now. Tipe terapi ini cenderung menekankan pada promosi proses pertumbuhan alamiah dalam keluarga, sambil sekaligus memberikan perhatian pada perebutan tipikal antara otonomi dan interpersonal belonging yang terjadi dalam keluarga. Terapi jenis ini membantu para anggota keluarga untuk meningkatkan rasa memiliki keluarga, sambil meningkatkan kemampuan keluarga itu untuk memberikan kebebasan sebagai individu kepada setiap anggotanya.
     Terapi ini akan sukses jika dapat mencapai sejumlah tujuan yang satu sama lain saling berkaitan. Teknik-teknik yang digunakan dalam terapi ini, yaitu :
a)    Bergabung, yaitu klinisi menjalin hubungan dengan seluruh anggota keluarga.
b)   Pekerjaan rumah. Para anggota keluarga tidak akan membicarakan tentang terapi di sela-sela sesi.
c)   Penggunaan self. Klinisi berhubungan dengan dirinya sendiri dan berbagi dengan keluarga itu.
d.      Terapi Keluarga Milan
                 Terapi keluarga Milan melihat bahwa manusia terlibat dalam interaksi-interaksi resiprokal yang mengakibatkan evolusi berkelanjutan dalam keluarga. Konsekuensinya, masalah yang tampak dianggap merupakan fungsi keluarga dan bukan sebagai gejala-gejala patologis yang melekat pada individu tertentu. Biasanya klinisi membantu keluarga menemukan aturan permainan keluarga itu dan memberdayakan mereka untuk mengubah aturan itu untuk memperbaiki hasilnya. Terapis berupaya untuk tetap bersikap netral dan memfasilitasi prosesnya dan bukan menjadi ikut terorganisasi ke dalam sistem keluarga itu. Teknik-teknik yang digunakan adalah sebagai berikut :
a) Circular questioning, yaitu memungkinkan akses ke persepsi/reaksi anggota-anggota keluarga.
b)    Prescriptions, yaitu instruksi-instruksi paradoksal untuk menangani gejala.
c)    Hipotesis, terapis mengusung ide-ide terdidik dalam sesi.

e.       Terapi Keluarga Konstruktivis atau Naratif
                 Fokus dari pendekatan ini adalah perkembangan makna atau cerita tentang kehidupan orang dan peran yang dimainkan orang dalam kehidupannya. Cerita-cerita ini menjadi fokus intervensi. Pengubahan proses-proses evaluasi dan pemaknaan yang dilakukan oleh seluruh anggota sistem itu, dan sistem itu sendiri, guna memperbaiki fungsi unit keluarga itu secara keseluruhan dan mengurangi kepedihan dan penderitaan. Teknik-teknik yang digunakan dalam pendekatan ini adalah :
a)    Dekonstruksi, yaitu mengurangi riwayat permasalahan.
b)     Rekonstruksi/re-authoring, yaitu proses pengembangan kisah keluarga yang baru.
c)    Tim yang melakukan refleksi. Sekelompok professional pengamat mendiskusikan tentang keluarga itu.

f.       Terapi Keluarga Berfokus-Solusi
Asumsi     : Perubahan merupakan sesuatu yang tak terhindarkan
Fokus    : Bidang-bidang yang dapat diubah, fokus pada hal-hal yang mungkin, berusaha mengambil kekuatan dan kompetensi yang sudah ada dalam keluarga itu dan memanfaatkannya serta memfasilitasi. Teknik yang digunakan à Dekonstruksi : menciptakan keraguan dalam kerangka acuan keluarga
g.      Terapi Keluarga Strategik
Berfokus pada perubahan perilaku bukan perubahan pemahaman/insight. Lebih berkonsentrasi pada teknik daripada teori. Tujuan utamanya yaitu dihasilkannya solusi dan intervensi.
h.      Terapi Keluarga Struktural
Menekankan pentingnya proses daripada isi dan melihat struktur keluarga sebagai struktur yang terdiri atas sejumlah transaksi komunikasi keluarga. Fokus utamanya subsistem dan batas-batas yang ada dalam keluarga tersebut. Batas tersebut dapat bersifat kaku, jelas,kabur. Tujuan utamanya mengatasi berbagai masalah dengan mengubah struktur system yang mendasari. Sesi terapi bersifat aktif, penekanan pada proses daripada insight. Tiga tahap intervensi yaitu :
a) Terapis berusaha bergabung dan diakomodasi oleh system keluarga. Terapis harus menyesuaikan dengan system komunikasi dan persepsi keluarga.
b)   Pembentukan diagnosis structural dimulai dengan bergabung dengan keluarga dilanjutkan dengan adanya keterlibatan terapis. Membutuhkan observasi dan reformulasi hipotesis yang terus menerus.
c)  Ketika terapi teraputik bergerak maju, terapis berusaha menggunakan intervensi yang akan menghasilkan restrukturisasi system keluarga
Teknik-tekniknya yaitu :
a)      Mintesis/ imitasi : mengadopsi gaya komunikasi keluarga.
b)      Mengaktualisasi pola transaksional keluarga : keluarga memainkan adegan interaksi.
c)      Menandai batas-batas : menguatkan batas-batas yang kabur dan melonggarkan yang kaku
i.        Terapi Behavioral dan Kognitif-Behavioral
Asumsinya perilaku sebagai sesuatu yang dipelajari, menekankan pentingnya konsekuensi perilaku dalam pemeliharaan dan kemunculan ulang. Berfokus pada fungsi perilaku dan kognisi. Tugas klinisi yaitu :
a)  Mengajari keluarga mengases tindakan, pola pikir dan konsekuensi yang membuat perilaku mereka bertahan atau diulang.
b)      Mengganti perilaku tidak efektif dengan perilaku adaptif antara lain dengan mengajarkan ketrampilan komunikasi, mengatasi masalah, strategi resolusi konflik, menjalin kontrak, negosiasi, penguatan perilaku sehat, mengurangi perilaki maladaptive.
j.        Terapi Keluarga Psikodinamik dan Relasi Objek
Berfokus  pada latar belakang intrapsikis dari masing-masing anggota, hubungan di masa lalu, ingatan serta konflik di awal kehidupan. Tujuannya membuat pola-pola tak sadar yang berlaku dalam keluarga menjadi pola-pola yang disadari. Menggunakan aliansi terapeutik, menelaah pertahanan dan resistensi keluarga, membantu anggota keluarga menginternalisasi objek yang adaptif .

  • Unsur - Unsur Terapi Keluarga


           Terapi keluarga didasarkan pada teori system yang terdiri dari 3 prinsip. Pertama adalah kausalitas sirkular, artinya peristiwa berhubungan dan saling bergantung bukan ditentukan dalam sebab satu arah-efek perhubungan. Jadi, tidak ada anggota keluarga yang menjadi penyebab masalah lain; perilaku tiap anggota tergantung pada perbedaan tingkat antara satu dengan yang lainnya. Prinsip kedua, ekologi, mengatakan bahwa system hanya dapat dimengerti  sebagai pola integrasi, tidak sebagai kumpulan dari bagian komponen. Dalam system keluarga, perubahan perilaku salah satu anggota akan mempengaruhi yang lain. Prinsip ketiga adalah subjektivitas yang artinya tidak ada pandangan yang objektif terhadap suatu masalah, tiap anggota keluarga mempunyai persepsi sendiri dari masalah keluarga.
           Terapi keluarga tidak bisa digunakan bila tidak mungkin untuk mempertahankan atau memperbaiki hubungan kerja antar anggota kunci keluarga. Tanpa adanya ksadaran akan pentingnya menyelesaikan masalah pada setiap anggota inti keluarga, maka terapi keluarga sulit dilaksanakan. Bahkan meskipun seluruh anggota keluarga datang atau mau terlibat, namun beberapa system dalam keluarga akan sangat rentan untuk terlibat dalam terapi keluarga.


Daftar Referensi :
  • Anderson, E.T. (2000). Community as partner: theory and practice in nursing. (3rd ed). Philadelphia: Lippincott
  • Fawcett, Jacqueline. (2005). Contemporary nursing knowledge: analysis and evaluation of nursing models and theories. (2nd ed). Phialdelphia: F.A. Davis Company
  • Fitzpatrick, J.J & Whall, A.L. (1989). Conceptual models of nursing: analysis and application. (2nd ed). California: Appleton & Lange
  • Nies, M.A & McEwen, Melanie. (2001). Community health nursing: promoting the health of population. (3rd ed). Philadelphia: W.B. Saunders Company
  • Shives, L.R. (1998). Basic concept psychiatric – mental health nursing. (4th ed). Philadelphia: Lippincolt.
  • Stuart, G.W. & Laraia, M.T. (2005). Principles and practice of psychiatric nursing. (7th edition). St.Louis : Mosby
  • Townsend, M.C. (2005). Essentials of psychiatric mental health nursing. (3rd ed.) Philadelphia: F.A.Davis Company 
  • Tomey, A. M. (1998). Nursing theories and their work. (4th ed). St.Louis: Mosby




Nama             : Zahara Safitri
NPM              : 19513648
Kelas              : 3PA05